Foolish Land-Clearers

Foolish Land-Clearers
a 45 km long landscape performance
• May 26th – June 1st 2023 •
• Tamsweg – Zederhaus, Salzburg Lungau •
• Supergau Festival 2023 •

Performance ini bermain-main dengan posisi kepemilikan dalam kuasa personal, komunal, dan alam itu sendiri. Kami – tiga pembabat bodoh akan berjalan dari Tamsweg hingga Zederhaus untuk berbicara dengan publik, bernegosiasi dengan alam, menatap dan menyikapi: kultur, kuasa, sejarah, ekslusivitas, dan pasar. Kami mengundangmu untuk berpartisipasi dalam performance kami dan mengalami lanskap Lungau yang telah kami intervensi dengan movements, arsip, dan mantra.

kami membawa kabar tentang gumuk di Jember yang dihabiskan. meminjam kekuatan super Samson untuk kami bawa pulang. menukarkan bagian dari ekosistem gumuk dengan kisahmu tentang landskap Lungau. kami menanam mayat di puncak gumuk, apakah turis meninggalkan asap di atas saljumu? kami bisa menjadi bonsai untuk kamu pajang di apartemen mewahmu. nenek moyangku seorang pembabat. Kami membawa gunungmu yang hilang dilindas snowboard. Halo, pasar, apakah saya bisa menjual gumuk? Menawarkan kalung wanita populer seperti liontin, choker dan chain necklace. Belanja perhiasan dari berbagai logam dan batu permata untuk disesuaikan dengan acara apa pun

••

Alkisah, 2000 tahun yang lalu, di ujung timur pulau jawa,

gunung gadung sedang hamil besar. Alam bergemuruh.

Teriakan gadung adalah teriakan 22 tulang yang patah.

Jabang bayi melontar sejauh 60 km ke barat. Gumuk lahir.

Kemudian,

Tubuh gumuk ditebas oleh mereka,

melabeli jantungnya dengan kepemilikan,

wajahnya jadi singkong dan bambu,

kaki-kakinya menjadi bentangan sawah,

dan mereka menanam mayat di ujung kepala gumuk.

Didukung oleh Land Salzburg, Supergau Festival, Consina, dan Bedadoeng Project

Paceklik: Jagung yang Terbakar

Work In Progress

Di tahun yang sibuk menyambut krisis, pemerintah Indonesia gencar mengalokasikan dana untuk program food estate. Secara singkat food estate adalah lumbung pangan yang digembor-gemborkan untuk persediaan pangan negara dalam menghadapi krisis. Namun pada praktiknya, masih tampak aroma penjajahan ala cultuurstelsel yang dilakukan Belanda saat menjajah Indonesia. Sewa dan tanam “paksa” diberlakukan lagi. Presiden meminta ribuan kepala desa untuk bernegosiasi dengan petani dan pemilik lahan sehingga mereka sulit untuk menolak atas embel-embel “demi negara”. Yang paling menjengkelkan, penggarap lahan pertanian adalah militer, bukan petani.

Jagung adalah simbol masyarakat Indonesia bertahan hidup atas kemiskinan – simbol kelaparan. Jagung pernah menjadi alat politik beberapa presiden Indonesia terdahulu untuk mendinginkan ketegangan rakyat atas krisis.

Sebelum Revolusi Hijau, padi adalah tanaman yang mahal dan eksklusif. Masyarakat Indonesia bagian timur tidak memakan nasi, tetapi jagung. Nasi jagung adalah makanan pokok masyarakat miskin disini, terutama wilayah yang tanahnya cenderung kering dan tidak cocok untuk ditanami padi.

Praktik biofuel seperti membuka pintu ketimpangan sosial yang berkelanjutan. Negara dunia ketiga, hanya akan menjadi lahan segar, tempat kapital menanam uangnya. Sementara kelaparan tidak pernah benar-benar selesai disini.

Melihat fenomena biofuel – jagung dibakar dan menggerakkan mobil, membuat kami mempertanyakan ulang tentang kesejahteraan. Apakah mobilitas telah jauh lebih berharga dibandingkan kelaparan? Apakah mobilitas tercipta hanya melalui pembakaran? Nyatanya, mobilitas kerja (materialisme historis) masyarakat miskin mengolah jagung menjadi makanan pokok telah membawa kami ke taraf hidup yang lebih baik. Jagung yang kami makan, membuat kami menggerakkan tulang dan sendi-sendi kami.

Working Team

production manager: Dayu Prisma

text: Abi Muhammad Latif, Putra Yuda

director: Abi Muhammad Latif

dramaturg: Putra Yuda

lighting designer: Fajar Dwi J

sound designer: Dedek Sutejo

performer: Aditya Prasta, Dayu Prisma, Dedek Sutejo

speaker: Abu Bakar Ramadhan (dosen dan peneliti pascakolonialisme), RZ Hakim (pemerhati sejarah)

supported by RKB, Teater Geniwara Universitas Bojonegoro, Imasind, DKK FIB Universitas Jember

Foto abc

foto def

Dapur Imajinasi Mama: Video Performance 360°

Berdasarkan tulisan Afrizal Malna (observer), ada tujuh video rekonstruksi performatif yang diproduksi dalam program “Dapur Imajinasi Mama” Studio Klampisan. dapur sebagai imajinasi memantulkan bayangan tentang kehidupan keluarga, mimpi-mimpi keluarga, harapan, kegagalan dan penderitaan. imajinasi ini bisa berubah menjadi semacam petualangan yang ajaib dan mendebarkan, karena Sebagian PMI ini tidak dibekali oleh pengetahuan yang cukup tentang bahasa, keahlian maupun budaya setempat dimana mereka bekerja. penggunaan teknologi kamera 360 dalam pembuatan video rekonstruksi performatif ini, bisa mempertembal unsur dramatik akan petualangan yang mendebarkan ini dan bisa berbahaya.

praktik pengalihan maupun saling-tukar pada tujuh video memang telah menggeser pengalaman PMI sebagai buruh migran menjadi peristiwa publik. pemirsa menjadi lebih mengetahui kompleksitas yang dihadapi buruh migran; dan bagaimana mereka memperjuangkan hak-haknya untuk mendapatkan upah, jam kerja maupun hari libur yang layak. hak-hak yang justru tidak pernah tegas ketika mereka bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Indonesia, karena di Indonesia posisi mereka disamarkan dengan cara memandang mereka sebagai bagian dari rumah tangga.

Working Team

360° Video Producer: Berlin Roman

Producer Assistant: Lista Dewi, Farida, Wulan Destian

Facilitator/Director: Abi Muhammad Latif

Dramaturg: Arung Wardhana Ellhafifie

Researcher: Izzat Ramsi

Director Assistant: Putra Yuda

Composer: Lutfan Hawari

Installation: Achzana Ilhamy, E P Albatiruna, Fajar Dwi, Izzat Ramsi, Putra Yuda

Video Editor: Abi Muhammad Latif

Transcript: Dayu Prisma

Translator: Priscilla Gerard

Supported by the DAAD Artist-in-Berlin Program with funds from the Federal Foreign Office in the framework of the International Relief Fund for Organizations in Culture and Education.

Video 360

bertukar/exchange

bertukar/exchange adalah platform pertukaran kultur, identitas, dan trauma berbasis digital. pertukaran dipantik melalui fashion / penampilan / busana tradisional dalam upaya pasca trauma dan pasca identitas.

tim / kolaborator:

1. Dayu Prisma – Produser

2. Abi ML – Fasilitator / Sutradara

3. Afrizal Malna – Kurator

4. Arung Wardhana – Dramaturg

5. Dwi Febrianti – Front End Developer

6. Khoirul Umam – Back End Developer

7. Kafana Fityah – Penerjemah

narasumber:

1. Arindah Arimoerti – Psikolog

2. Annisa Febby – Desainer Busana Tradisional

3. Deddy Endarto – Sejarah

4. Dwi Cahyono – Sejarah / Arkeolog

didukung oleh:

Arsitektur Kebisingan

Arsitektur Kebisingan adalah dinamika sastra lisan Jalan Jawa, Jember era pra-reformasi hingga masakini.

Kerja lintas disiplin ini mengelaborasi:
– sastra lisan
– pasar arsip
– site specific performance
– documentary performance
– arsitektur partisipatif

Performer:
– Pak Ali (sesepuh Jawa VII)
– Pak Jalal / Pak Teng-teng (sesepuh Jawa VI)
– Pak Busar (Koordinator Paguyuban Kaki Lima Jalan Jawa)
– Pak Samson (Juru Parkir Dishub)
– Pak Johan (Pedagang Gorengan SMA 2)
– Bang Andi Azis (Juru Parkir Swasta)
– Bang Ali (Juru Parkir Swasta)
– Ibu-Ibu Warung Lesehan

Tim:
– Dayu Prisma (Manajer Proyek)
– Putra Yuda (Periset dan Penata Artistik)
– Aditya Prasta (Periset, Penata Cahaya dan Suara)
– Ahmad Ulul Arham (Koordinator Performer dan Kepenontonan)
– Fajar Sulawesi (Tim Tata Cahaya dan Suara)
– Bangkit Adi (Tim Tata Artistik)
– Adib Mbah (Tim Tata Artistik)
– Jody (Asisten Koordinator Performer dan Kepenontonan)
– Muhammad Rosyid (Dokumentasi Video)

Pengamat Pertunjukan:
– Dr. Ikwan Setiawan, S.S., M.A.
– Halim Bahriz

Karya ini didukung oleh Kemdikbudristek, Dewan Kesenian Jakarta Komite Sastra, Jakarta International Literary Festival 2022, dan Universitas Jember.

Surat perintah dilarang bersin​

Sebuah situasi paling krisis suatu negara masa wabah. Dimana otoritas negara disalahgunakan untuk mempercepat habisnya wabah (dan masyarakat). Negara tidak punya lagi dana untuk mengatasi wabah, sehingga mereka hanya dapat menjual mimpi: 2000 orang terpilih akan disebar ke seluruh penjuru negeri untuk menjadi juru selamat negara.

Teks & Penyutradaraan           : Abi Muhammad Latif

Aktor                                      : Dayu Prisma

Karya ini terpilih sebagai 8 monolog terbaik Jejak Virtual Aktor.

Didukung oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia.

Banyuwangi 2020

Talking with my-selves​

talking with my-selves merupakan pertunjukan yang berada pada semesta isu kekuasaan dan identitas. pertunjukan yang meminjam modus kerja partisipatoris-introgatif ini akan memain-mainkan kemungkinan presentasi, representasi, dan yang berada di antaranya.

kami akan mengajak beberapa orang partisipan untuk menginput data personalnya dalam ruang input identitas. performer akan berinteraksi dengan dirinya (performer dan partisipan) yang jamak sebagai usaha mempertanyakan ulang persoalan yang tunggal dan original, yang mengikat dan terserikat.

Tim Kerja

Manajer Proyek dan Performer          : Dayu Prisma

Teks dan Penyutradaraan                    : Abi Muhammad Latif

Publikasi                                              : Andina R. I

Tim Teknis                                            : Andina R. I, Sri Widodo, Elle, Firda

8 Agustus 2020

di Hore Kopi dan Apresiasi, Banyuwangi

didukung oleh Prita Kemal Gani

bekerja sama dengan IDEAL, Hore Kopi dan Apresiasi

xati/xuicide​

xati/xuicide adalah chapter ketiga setelah Demonstrasi Bunuh Diri (Lintas Media, Teater Kecil, Jakarta) dan #bluewhalechallenge (Cabaret Chairil, Teater Garasi, Yogyakarta). dalam chapter ini, kami menawar fenomena bunuh diri hari ini lewat sati/mesatya/pati obong yang terjadi pada 13 Oktober 1691 di Kerajaan Blambangan. 270 dari 400 istri Tawang Alun dipersembahkan dan mempersembahkan dirinya mengiring mangkatnya sang raja. Sati kami usung sebagai redefinition system atas prinsip bunuh diri.

Sutradara dan Performer: Abi Muhammad Latif

Performer: Dayu Prisma